Menurut laporan di Sankei Shimbun Jepang pada tanggal 22 Oktober, pemerintah Jepang berencana untuk mencoba menambang logam tanah jarang yang dikonfirmasi di perairan paling timur Pulau Nanniao pada tahun 2024, dan pekerjaan koordinasi yang relevan telah dimulai. Dalam anggaran tambahan tahun 2023, dana terkait juga telah dimasukkan.Tanah langkamerupakan bahan mentah yang sangat diperlukan untuk produksi produk-produk berteknologi tinggi.
Beberapa pejabat pemerintah mengkonfirmasi berita di atas pada tanggal 21.
Situasi yang terkonfirmasi adalah adanya sejumlah besar lumpur tanah jarang yang tersimpan di dasar laut pada kedalaman sekitar 6000 meter di perairan Pulau Nanniao. Survei yang dilakukan oleh institusi seperti Universitas Tokyo menunjukkan bahwa cadangannya mampu memenuhi permintaan global selama ratusan tahun.
Pemerintah Jepang berencana melakukan percobaan penambangan terlebih dahulu, dan eksplorasi awal diperkirakan memakan waktu satu bulan. Pada tahun 2022, peneliti berhasil melakukan ekstraksitanah jarangdari tanah dasar laut pada kedalaman 2470 meter di perairan Prefektur Ibaraki, dan diharapkan kegiatan uji coba penambangan di masa depan akan memanfaatkan teknologi ini.
Rencananya, kapal eksplorasi "Bumi" akan turun ke dasar laut pada kedalaman 6000 meter dan ekstrabukan tanah jaranglumpur melalui selang, yang dapat mengekstraksi sekitar 70 ton per hari. Anggaran tambahan tahun 2023 akan mengalokasikan 2 miliar yen (sekitar 13 juta dolar AS) untuk memproduksi peralatan bawah air tak berawak untuk operasi bawah air.
Lumpur tanah jarang yang dikumpulkan akan dianalisis oleh kantor pusat Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan Jepang di Yokosuka. Ada juga rencana untuk mendirikan fasilitas perawatan terpusat di sini untuk dehidrasi dan pemisahantanah jaranglumpur dari Pulau Nanniao.
Enam puluh persen daritanah jarangyang saat ini digunakan di Jepang berasal dari Tiongkok.
Waktu posting: 26 Okt-2023